Selasa, 24 November 2009

Makan jangan berlebihan

Sebab-sebab praktis terjadinya penyakit pada diri seseorang

di bagi 2 :


1. menjaga kesehatan

2. mengobati penyakit

1. menjaga kesehatan

Mengonsumsi makanan pada saat yang tepat dan memang dibutuhkan merupakan satu sebab bagi bertahannya kesehatan dalam diri seseorang. Maka tiga kali dalam sehari merupakan aturan paling baik bagi tubuh. Yang lebih baik lagi, apabila waktu makan itu telah ditetapkan sedemikian rupa. Rentang antara makan pertama dan kedua jangan kurang dari 4 atau 5 jam, karena waktu tersebut sudah dianggap cukup bagi lambung untuk mencerna makanan.


Sedang makan yang tidak teratur dapat mengakibatkan kekacauan dalam pencernaan dan proses pencernaan. Yang berdampak buruk bagi usus besar. Dimana penderita akan mengalami susah buang air besar, terkadang juga diare dan usus buntu. Biasanya penyakit ini diderita oleh para pekerja yang tidak teratur jadwal makannya.


Di antara tanda-tanda tubuh membutuhkan makan adalah meningkatnya sensitivitas indra penciuman terhadap aroma makanan yang sudah dikenal. Sensitivitas ini dikirim ke otak yang kemudian diolah untuk mengenali aroma masakan tersebut.


Mengonsumsi makanan saat tidak dibutuhkan tubuh, akan menimbulkan berbagai penyakit. Makanan sisa dalam tubuh akan tertimbun dalam bentuk lemak di bawah permukaan kulit dan pada dinding pembuluh darah. Penyebab sebagian besar penyakit berasal dari penimbunan ini. Di antaranya, penyakit arteriosclerosis (penyumbatan pembuluh darah), dimana dinding pembuluh darah menjadi kaku dan tidak lentur, tidak mampu meregang dan mengkerut saat dibutuhkan tubuh. Atau terjadi berbagai perubahan pada tensi darah. Dan hal itu bisa menyebabkan berbagai macam penyakit di dalam tubuh, diantaranya:

1. otak : hilang ingatan, tidak bisa berkonsentrasi, terjadi perubahan pada sisi moral dan kejiwaan, serangan pada pusat pandangan dan pendengaran, bahkan terkadang terjadi hemiplegia (lumpuh separoh tubuh)

2. jantung

3. kedua ginjal

4. telinga bagian dalam

Makanan yang baik adalah makanan makanan yang seimbang dan yang benar-benar dibutuhkan oleh tubuh. Rasulullah saw. Bersabda,


tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau toh, dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. turmudzi, Ibnu majah, dan ahmad)


Diriwayatkan dari anas bin malik dari nabi saw., beliaw bersabda:


“Sumber segala penyakit dyspepsia (gangguan pencernaan).”


Footnote: imam al-suyuthi dalam kitab, ash-Shaghir (1087), dinisbatkan kepada ad-Daruquthni di dalam kitab, al-‘illal dari anas. Ibnu as-Sunni dan Abu na’im di dalam kitab, ath-thibb, dari Ali. Abu na’im, Ibnu as-sunni, Tamam, dan ibnu sakir dari Abu sa’ad, dan dirumuskan lemah baginya. Disebutkan oleh al-hafiz adz-Dzahabi (1341) didalam kitab, al-mizaan, ibnu hibban di dalam kitab, al-majruuhiin (1/202). Keduanya berbicara dengan nada melemahkannya. Syaikh al-Albani mengatakan, “Hadits ini dha’if jiddan,” sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab, Dha’if al-jaami’.


Ali bin Hasan mengatakan, “Allah Swt. Telah menghimpun pengobatan pada separuh ayat, di mana Dia berfirman:


“Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS.al-A’raf:31)

sementara Rasulullah saw. Telah menjelaskan waktu makan yang baik, di man beliau bersabda: “Kami adalah orang yang tidak makan sehingga merasa lapar, dan jika kami makan, kami tidak sampai kenyang.”


Hadits ini menjelaskan kepada kita pentingnya waktu makan, karena untuk mencerna makanan di pencernaan, dibutuhkan waktu lama, sekitar 3 atau 4 jam, sehingga setelah waktu itu, seseorang akan merasa lapar lagi dan berselera makan. Dan jika dia makan untuk yang kedua kalinya, maka lambung akan menyambutnya dengan senang dan siap untuk mencernanya.


Oleh karena itu, jika makan, hendaklah kita tidak sampai kenyang atau sampai muncul perasaan begah. Inilah jalan menuju sehat yang dianjurkan Islam dan ternyata dibenarkan sekaligus diakui ilmu kedokteran. Rasulullah saw. Telah menegaskan hal itu sekaligus menjelaskan batas berlebihan yang dilarang berkenaan dengan masalah makan ini, dimana beliau bersabda:


“ Sesungguhnya termasuk sikap berlebih-lebihan adalah ketika engkau memakan semua yang engkau inginkan,”(HR. Ibnu majah)

Beliau pun bersabda:

“Sesungguhnya mukmin makan dengan satu usus, sementara orang kafir makan dengan tujuh usus.” (HR. muslim, Turmudzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)


dulu ada seorang raja yang mengirimkan utusan kepada Nabi saw. Dengan membawa tiga macam hadiah: budak perempuan, kurma, dan dokter. Maka Nabi saw. Menerima hadiah yang pertama dan kedua, sementara hadiah ketiga Beliau kembalikan dengan penuh hormat dan rasa terima kasih.


Islam telah membentangkan jalan yang lurus dalam hal kesehatan. Di mana ia mewajibkan setiap individu untuk melakukan segala hal yang bermanfaat baginya, misalnya, mengonsumsi makanan seimbang, membiasakan diri berolahraga yang bisa menyeimbangkan berat tubuh dan kesehatan tubuhnya secara keseluruhan. Sebagaimana ia mewajibkan setiap individu untuk memberikan perhatian dan hak istirahat kepada setiap anggota tubuhnya sehingga kelenturan tubuhnya tetap terjaga. Hal itu sesuai dengan sabda Nabi saw, berikut ini:


“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak yang harus engkau penuhi.” (H.R. Bukhari, Ahmad, dan Nasa’I).

“Berusahalah melakukan hal bermanfaat bagimu.” (HR. muslim, Ibnu majah, dan Ahmad).

“Orang mukmin yang kuat lebih baik daripada orang mukmin yang lemah. “ (HR. muslim, Ibnu majah, dan Ahmad).

“Manfaatkan kesempatan sehatmu untuk (menghadapi) masa sakitmu.” (HR. Bukhari).


Dengan demikian, olah raga teratur yang dibarengi dengan mengosumsi makanan seimbang akan sangat membantu untuk menjaga kelenturan, kesehatan, serta semangat tubuh.

Penyakit yang disebabkan oleh sikap berlebih-lebihan dalam makan ini bisa lebih berbahaya jika dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan makanan.


Makanan berlebihan yang ditambah dengan kurang gerak, malas, dan banyak tidur, secara tidak langsung akan meyebabkan penyakit kelebihan makanan; yang sekarang disebut dengan dyspepsia (penyakit pencernaan). Dengan demikian, mengonsumsi makanan melebihi kalori yang dibutuhkan tubuh akan mengakibatkan penimbunan lemak di bagian pantat, disekitar kedua ginjal, di sekitar jaringan yang mengelilingi usus, dada dan otot-otot tubuh. Yang nantinya akan berdampak pada munculnya penyakit di alat pencernaan, pernafasan, perdaran darah, jantung, penyakit kelenjar endokrine, serta terputusnya haid pada wanita.


Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perut merupakan tempat tinggal penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dyspepsia merupakan menjadi sumber munculnya berbagai penyakit-penyakit berbahaya.


Sejak beberapa abad yang lalu, islam telah membuat aturan dan ajaran bagi umat manusia untuk mengatur langkah jalannya dan mengawasi semua pergerakannya. Terkadang dalam bentuk larangan, terkadang dalam bentuk bimbingan, dan terkadang dengan menarik perhatian, agar tubuh manusia bediri tegak diatas dasar-dasar yang kokoh dan bangunan yang baik, yang kelak akan membuatnya mampu menghadapi dan menjalani kehidupan. Dengan demikian, mengonsumsi makanan secara berlebih-lebihan jelas bertentangan dengan ajaran islam. Di mana Allah Swt. Berfirman:


“Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai Orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf:31)


Nabi saw. Bersabda:

“Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau toh, dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR. turmudzi, Ibnu majah, dan Muslim).


Maksudnya, sebenarnya makanan dalam porsi minimal pus sudah cukup baginya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Di dalam hadits Rasulullah saw bersabda”:


“Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang sebenarnya cukup untuk delapan orang.

(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu majah, Ahmad, dan Darimi).


Dalam hadits lain disebutkan :


“Sesungguhnya termasuk sikap berlebihan bila kamu memakan segala sesuatu yang kamu inginkan.” (HR. ibnu majah)


Beliau pun bersabda:


“Seorang mukmin makan dengan satu usus, sementara orang kafir makan dengan tujuh usus.” (HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad, dan Ibnu majah)

sementara Umar bin al-khatthab berkata, “Jauhilah oleh kalian sikap rakus dalam makan, karena tindakan itu bisa merusak tubuh, dan dapat mengundang penyakit.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar